Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Membumikan dan Menginternalisasi Pancasila di Era Kekinian

Posted by En_Admin

November 8, 2022

Semarang (8/11) – Departemen Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro baru saja menggelar kuliah tamu yang mengangkat tema “Membumikan dan Menginternalisasi Pancasila di Era Kekinian”. Kuliah tamu yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 5 November 2022 tersebut turut menghadirkan Prof Dr Ani Purwanti, S.H., M.Hum (Dosen Fakultas Hukum Undip) sebagai narasumber.

Dalam materinya, Prof Ani menyampaikan beberapa hal terkait Pembumian Pancasila dan Tantangannya untuk Generasi Milenial. Selain globalisasi, beliau meyebutkan tantangan generasi muda saat ini yaitu kesadaraan akan potensi-potensi Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia. Hal ini juga diperparah dengan banyaknya dari mereka yang masih kurang paham Pancasila. Salah satu upaya menanggulangi kurangnya pemahan tentang pancasila adalah dengan pembelajaran, dengan literasi-literasi, dengan adanya mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) untuk mahasiswa dan pelajar menengah pertama maupun atas.

Selain itu, beliau juga menjelaskan dalam era pasca reformasi Indonesia yaitu pada tahun 1998 – 1999, kita mengalami penghilangan mata kuliah Pancasila dan lembaga yang menangani tentang sosialisasi / pembudayaan Pancasila (BP7). Hal tersebut bermuara pada hilangnya keteladanan Pancasila bagi generasi muda saat itu. Keteladanan Pancasila menjadi penting bagi generasi muda untuk memberikan pemahaman terhadap Pancasila itu sendiri. Selanjutnya, Dosen Fakultas Hukum tersebut menyebutkan perlunya aktualisasi nilai-nilai Pancasila oleh public figure, tokoh agama, tokoh bangsa, dan semua orang. Keteladanan penting bagi generasi muda oleh tokoh-tokoh olahraga atau yang mempunyai pengaruh ke masyarakat. Sebagai contoh dari sisi budaya, Eross Candra yang merupakan personil Sheila On 7 yang telah menciptakan lagu Bendera. Sosoknya menjadi ikon Pancasila karena lagu ciptaannya dapat membangkitkan rasa nasioanlisme dan hal ini sangat berkaitan dengan sila ke-3 Pancasila.

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar