Semarang, 4 Desember 2025 – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan workshop bertajuk “Temu Aktor Swasembada Garam Jawa Tengah”. Workshop ini bertujuan untuk menyinergikan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan industri garam di Jawa Tengah.
Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Dr. Teguh Yuwono S, M. Pol. Admin, yang dalam sambutannya memperkenalkan peran strategis Universitas Diponegoro sebagai institusi akademik yang memiliki komitmen dalam mengkaji isu-isu sosial dan kebijakan. Beliau juga menyampaikan harapannya agar workshop ini dapat menjadi wadah kolaborasi yang produktif antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri guna memperkuat ketahanan garam nasional.
Sambutan kedua disampaikan oleh Guru Besar Universitas Diponegoro, Prof. dr. Achmad Zulfa Juniarto, M.Si.Med., Sp.And(K).,M.M.R., Ph.D., dalam paparannya menegaskan bahwa garam adalah bagian dari ketahanan pangan yang harus dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Beliau menyoroti perlunya sinergi yang kuat antara pemerintah, akademisi, industri, serta petambak garam guna menciptakan keberlanjutan industri garam.
Pada sesi keynote speech, Endi Faiz Effendi, S.Pi., MA., Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, disampaikan bahwa industri garam Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar dan kegiatan ini merupakan langkah besar untuk memajukan sektor tersebut di wilayah Jawa Tengah.
Selanjutnya sesi pemaparan materi oleh narasumber, diawali oleh Dr. Abdul Kholid, S.H., M.Si., Senator DPD RI, memaparkan mengenai “Existing condition dan Komitmen Dukungan Untuk Kemajuan Industri Garam di Jawa Tengah”. Beliau menggarisbawahi tantangan pembangunan di Jawa Tengah, termasuk overpopulasi (38,23 juta jiwa), minimnya produk unggulan daerah, dan kurangnya konektivitas infrastruktur. Untuk mengatasi hal ini, beliau mengharapkan organisasi masyarakat keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah dapat turut serta membantu dalam promosi dan peningkatan konsumsi garam buatan Jawa Tengah.
Narasumber berikutnya, Ir. A. Koswara, M.P., Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang berpartisipasi secara daring (melalui platform Zoom) untuk menyampaikan paparan berjudul “Kebijakan Nasional Swasembada Garam dan Dukungan Terhadap Jawa Tengah”. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah telah menerbitkanPeraturan Presiden (Perpres) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional. Kebijakan ini mencakup strategi intensifikasi, ekstensifikasi, dan teknologi dengan lahan yang terbatas, untuk mendorong peningkatan produksi garam nasional. Saat ini, sentra produksi garam nasional tersebar di 10 provinsi dan 57 kabupaten/kota.
Dari sisi BUMD, Untung Juanto, S.T, M.M., Direktur Utama PT SPJT, membahas “Kesiapan BUMD Menjadi Pemain Utama Industri Garam di Jawa Tengah”. PT SPJT, yang bergerak di bidang infrastruktur, manufaktur, dan jasa konstruksi, mendirikan pabrik garam pada 24 Juni 2025. Pabrik ini menggunakan mesin dalam negeri dengan mekanisme pengadaan melalui mini competition pada e-katalog dan pendampingan aktif oleh LKPP. Produk yang dihasilkan meliputi Garam Podang, Java Salt, dan Saltpro, dengan rencana kapasitas produksi mencapai 200.000 ton per tahun. Bahan baku bersumber dari petambak garam di Pati, Rembang, Jepara, dan Demak. PT SPJT juga berencana membangun pabrik di Brebes pada tahun mendatang.
Pemaparan dilanjutkan oleh Ir. Lilik Harnadi, Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Beliau menyampaikan bahwa Jawa Tengah memiliki 6.420 petambak garam dan menjadi provinsi dengan produksi garam terbesar ketiga di Indonesia pada tahun 2024 dengan kontribusi sebesar 31,26%. Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi, termasuk ketergantungan pada cuaca, peran instansi terkait yang belum optimal, infrastruktur jalan produksi dan saluran irigasi tambak yang belum memadai, pendangkalan saluran air, harga garam yang fluktuatif, serta variasi kualitas garam.
Setelah seluruh pemaparan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab peserta dan narasumber, yang berlangsung interaktif dan menghasilkan beragam masukan konstruktif mengenai arah pembangunan pergaraman di Jawa Tengah.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh narasumber dan peserta sebagai simbol komitmen bersama untuk mendorong kebangkitan industri garam di Jawa Tengah.





0 Komentar