Semarang (25/2) – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) dan akademisi Universitas Diponegoro (Undip) bekerja sama dalam menyusun buku tentang model inovasi penanganan stunting. Dipimpin oleh Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P., M.Si., ahli governansi publik dari Undip, kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan pendekatan yang komprehensif dan aplikatif guna mengatasi masalah stunting di Indonesia.
Stunting masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%, jauh di atas standar WHO yang menetapkan batas maksimal 20%. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif dan produktivitas di masa depan. Oleh karena itu, inovasi dalam penanganan stunting menjadi urgensi nasional.
Tiga Model Inovasi untuk Tekan Angka Stunting
Ketiga model ini dirancang untuk dapat diimplementasikan oleh pemerintah daerah dan berbagai pemangku kepentingan guna mengatasi masalah stunting secara efektif.
-
- Model Inovasi Manajemen Data
Model pertama yang diusulkan adalah inovasi dalam manajemen data. Tim menekankan pentingnya pengembangan sistem data real-time berbasis digital untuk memantau kondisi stunting di daerah. Sistem ini akan memungkinkan pemantauan yang lebih akurat dan cepat. Selain itu, pemutakhiran data akan diperkuat melalui tenaga lapangan yang terlatih. Integrasi data geografis dan administratif juga menjadi fokus, guna memetakan wilayah-wilayah yang rawan stunting dan memudahkan intervensi yang tepat.
-
- Model Inovasi Edukasi
Model kedua adalah inovasi dalam bidang edukasi. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting sejak dini menjadi kunci utama. Data yang akurat akan dimanfaatkan untuk merancang intervensi kebijakan yang lebih tepat sasaran. Selain itu, kesadaran masyarakat akan ditingkatkan melalui berbagai media dan platform edukasi, seperti kampanye sosial, seminar, dan materi edukatif yang mudah diakses.
-
- Model Inovasi Pendampingan
Model ketiga adalah inovasi pendampingan. Program ini akan menyediakan pendampingan langsung kepada keluarga yang berisiko stunting. Pendekatan siklus hidup akan diterapkan, dimulai dari remaja, masa kehamilan, hingga balita. Tenaga kesehatan, kader PKK, dan sektor swasta akan dilibatkan secara aktif untuk memperkuat program pendampingan ini, sehingga dukungan yang diberikan dapat lebih menyeluruh dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, keberhasilan ketiga model tersebut bergantung pada keterpaduan antara data yang akurat, edukasi yang efektif, dan pendampingan yang intensif. Ketiga model ini, bila dijalankan dengan baik, dapat menciptakan ekosistem kebijakan yang berkelanjutan, sehingga penanganan stunting dapat dilakukan secara lebih terarah dan berdampak jangka panjang.
Sinergi Pemerintah dan Akademisi untuk Masa Depan Anak Bangsa
Penyusunan buku model ini menjadi langkah strategis dalam menghadirkan solusi berbasis bukti dan inovasi untuk mengatasi stunting di Indonesia. Dengan sinergi antara akademisi dan pemerintah, diharapkan model yang dihasilkan dapat diimplementasikan secara efektif di berbagai daerah.
“Penanganan stunting harus dilakukan secara sistematis dan terintegrasi. Melalui inovasi berbasis data, edukasi, dan pendampingan, kita dapat menciptakan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan,” ujar Amni Zarkasyi Rahman dalam salah satu sesi diskusi tim penyusun.
Dengan langkah konkret ini, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat ditekan secara signifikan, memberikan masa depan yang lebih sehat dan produktif bagi generasi mendatang.
0 Komentar