Kajian Wawasan Diplomatik: UNDIP Menjadi Tuan Rumah Seminar tentang Hubungan AS-Indonesia di Masa Depan

Posted by Admin

Oktober 25, 2024

Pada hari Rabu, 24 Oktober 2024, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNDIP mengadakan kuliah tamu dengan tema Kelas Diplomatik “Hubungan Indonesia dengan AS: Melihat ke Depan,” yang berlangsung di Auditorium FISIP. Kolaborasi dengan Kedutaan Besar AS di Jakarta ini juga bertujuan untuk memperingati 75 tahun hubungan bilateral AS-Indonesia. Acara dibuka dengan sambutan oleh Ibu Ika Riswanti Putranti, Ph.D., Wakil Dekan Sumber Daya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Pembicara yang hadir adalah Scott Linton, Ph.D., Wakil Penasehat Politik Kedutaan Besar AS di Jakarta sebagai pembicara kunci, dan Muhammad Faiq Adi Pratomo, S.IP, M.Sc dari Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro sebagai diskusian. Sesi diskusi dimoderatori oleh Muhammad Subhan, S.IP, M.InternatRel., dari Departemen Hubungan Internasional. Sekitar 200 peserta, termasuk mahasiswa FISIP UNDIP, menghadiri acara ini.

Dalam pidatonya, Scott Linton, Ph.D. membahas lanskap politik terkini di Indonesia dengan adanya presiden baru yang dilantik. Ia juga membahas geopolitik yang sedang berlangsung. Selain itu, ia menyinggung hubungan diplomatik antara Indonesia dan AS melalui demokrasi. Ia menyatakan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan AS telah diimplementasikan melalui kemitraan strategis yang komprehensif di berbagai bidang, seperti ekonomi, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan budaya.

Dalam Kerja Sama Pertahanan dan Keamanan, AS memandang hubungan pertahanannya dengan Indonesia sebagai kemitraan kunci, dengan kedua negara terlibat dalam lebih dari 220 kegiatan militer bersama setiap tahun. Perjanjian kerja sama pertahanan ditandatangani pada tahun 2023 dan telah memperluas pelatihan serta kesadaran maritim. Dalam Kerja Sama Ekonomi dan Mineral Strategis, Indonesia telah fokus pada kemandirian dan memanfaatkan mineral kritis yang melimpah (seperti nikel) untuk energi terbarukan. Larangan ekspor Indonesia terhadap sumber daya seperti nikel telah menimbulkan sengketa dengan WTO, terutama dengan UE. Dalam hal ini, Indonesia mencari kemitraan yang lebih kuat dengan AS untuk rantai pasokan energi terbarukan meskipun masih menghadapi tantangan dalam memenuhi standar lingkungan dan ketenagakerjaan.

Dalam Hubungan Antar Manusia dan Ties Pendidikan, AS bangga menjadi tuan rumah bagi banyak mahasiswa Indonesia dan menawarkan dukungan melalui program-program seperti EducationUSA dan Young Southeast Asia Leadership Initiative (YSEALI). Presentasi tersebut menyoroti program pertukaran pendidikan dan budaya sebagai hal yang vital untuk memperkuat hubungan bilateral. Scott Linton, Ph.D. mengatakan bahwa AS menyambut lebih dari 8.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas-universitas AS. Program-program seperti EducationUSA dan YSEALI membantu memfasilitasi pertukaran pelajar. AS juga telah mendukung ribuan mahasiswa Indonesia melalui beasiswa dan program pertukaran pendidikan, seperti Fulbright dan IVLP.

Apa yang dijelaskan oleh Scott Linton, Ph.D. kemudian didiskusikan oleh Faiq Adi Pratomo, S.IP, M.Sc. Sebagai peneliti dalam bidang Hubungan Internasional, Faiq menyoroti bagaimana kepemimpinan Prabowo dan keberlanjutan hubungan bilateral AS-Indonesia. Menurutnya, kebijakan pertahanan Prabowo fokus pada modernisasi dan peningkatan anggaran pertahanan, dengan akuisisi militer yang signifikan dari AS. Sikapnya terhadap netralitas dalam kebijakan luar negeri tetap ada tetapi dengan fokus pada penguatan kapasitas pertahanan Indonesia.

Presentasi tersebut mendapat perhatian antusias dari peserta, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan dari mereka. Namun, tidak semua pertanyaan dapat dijawab karena keterbatasan waktu. Moderator menutup sesi diskusi dengan merangkum materi dari setiap pembicara. Sebagai kesimpulan, setiap pembicara mengakui pentingnya kelanjutan kerja sama. Meskipun terjadi perubahan pemerintahan di kedua negara, kepentingan pokok seperti keamanan, kesejahteraan, dan kesempatan bagi rakyat tetap menjadi prioritas. Ini memastikan bahwa hubungan bilateral tetap kuat meskipun terjadi perubahan politik. Acara ditutup dengan sesi foto.

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar