Pada akhir kunjungan selama lima hari di Italia dan Jerman, rombongan FISIP Undip menyempatkan diri untuk mampir ke kota tua Heidelberg, yang terletak di negara bagian Baden-Wurttemberg. Kota ini terletak di bagian Barat Laut Jerman, yang dilewati oleh Sungai Neckar. Sungai ini mengular dari Tubingen hingga bergabung dengan Sunga Rhine di sekitar Kota Mannheim. Keterangan yang tertulis di salah satu gedung publik yang kami lewati menyebutkan bahwa kota ini sudah berdiri sejak abad ke-14, meskipun catatan sejarah menunjukkan adanya bangunan yang berusia lebih tua.
Perjalanan dari Kota Frankfurt menggunakan Kereta Regional memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan satu kali transit di Stasiun Neue-Edingen. Rombongan FISIP Undip mencapai Heidelberg sekitar jam 10.30 pagi. Cuaca pada hari itu cukup berawan dan lembab dengan disertai hujan kecil sepanjang perjalanan. Di sepanjang jalan dapat terlihat bagaimana pemerintah kota berusaha untuk mempertahankan bangunan-bangunan kuno yang masih berdiri. Pusat kota lama Heidelberg berada di sekeliling Heiliggeistkirche (Gereja Roh Kudus), yang usianya setua kota tersebut. Selain itu, di kota ini juga terletak Universitas Heidelberg yang merupakan universitas tertua di Jerman. Sayangnya akibat banyaknya hujan, rombongan FISIP Undip tidak berkesempatan untuk berkunjung ke universitas tersebut.
Pada siang hari rombongan melanjutkan perjalanan ke Kastil Heidelberg yang berada di perbukitan di sisi Selatan kota. Menurut sejarawan Harry B Davis, kastil ini sudah berusia lebih dari 800 tahun. Pada tahun 1537 kastil ini mengalami kerusakan besar, dan meskipun terus diperbaiki dan dikembangkan hingga tahun 1700an, pelan-pelan kastil ini mulai ditinggalkan dan tidak berpenghuni. Di abad ke-19 kastil ini menjadi semakin populer di kalangan wisatawan, salah satunya karena tulisan pesohor Victor Hugo dan Mark Twain.
Setelah mengunjungi Kota Heidelberg, rombongan FISIP Undip melihat setidaknya ada tiga kemiripan antara kota tersebut dengan Kota Semarang. Pertama, kedua kota sama-sama memiliki distrik kota tua yang menjadi perhatian wisatawan dari bermacam penjuru. Untuk tahun 2023 jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Semarang adalah sekitar 6 juta orang, sementara itu jumlah wisatawan di Heidelberg sebanyak dua kali lipatnya. Keberhasilan Heidelberg untuk menarik jumlah pelancong yang besar tersebut dapat menjadi inspirasi bagi Kota Semarang untuk dapat semakin meningkatkan pengunjung.
Yang kedua, Baik Heidelberg maupun Semarang keduanya merupakan kota dengan jumlah mahasiswa yang tinggi. Sekitar seperlima dari jumlah penduduk di Heidelberg adalah pelajar. Sementara itu proporsi jumlah mahasiswa lebih kecil di Semarang namun tetap signifikan. Sebanyak 270 ribu pelajar menempuh pendidikan tinggi di kota tersebut, dengan total jumlah penduduk sekitar 1,6 juta jiwa. Data ini menempatkan proporsi mahasiswa sebesar 17% untuk Kota Semarang. Heidelberg, dengan jumlah pelajar asing yang cukup besar dan berasal dari banyak negara di dunia, dapat menjadi contoh bagi Kota Semarang dalam upaya internasionalisasi pendidikan.
Terakhir, kedua kota juga memiliki keragaman budaya yang tinggi. Kota Heidelberg memiliki jumlah penduduk yang berlatar belakang agama Kristen, Katolik, Islam, dan Yahudi. Kota Semarang juga memiliki keragaman yang sama di mana sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, serta Hindu. Meskipun memiliki keragaman yang tinggi, masyarakat di kedua kota ini terlihat sangat rukun. Kesamaan ini dapat menjadi sumber pembelajaran untuk memperkuat masyarakat di kedua kota.
Kontributor:
Bangkit Aditya Wiryawan
0 Komentar