Semarang – Penelitian ini mengkaji penanganan bencana banjir tahunan yang terjadi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Banjir tersebut terjadi akibat meluapnya air dari sungai-sungai di sekitarnya, seperti Sungai Walannae dan Sungai Bila, yang diperparah oleh sedimentasi karena erosi serta tumbuhnya eceng gondok yang mengurangi kapasitas tampung danau. Model penanganan bencana ini menggunakan pendekatan penta helix, yang melibatkan lima pihak utama: pemerintah, sektor swasta, akademisi, masyarakat sipil, dan media massa.
Pemerintah memegang peran sentral dalam penanganan banjir dengan melibatkan berbagai elemen seperti TNI, POLRI, BPBD, dan layanan kesehatan. Di sisi lain, sektor swasta turut berkontribusi dengan memberikan bantuan dana melalui sejumlah perusahaan besar. Meski demikian, penanganan banjir dinilai masih reaktif dan kurang terintegrasi, terutama terkait pengelolaan dan regulasi kawasan Danau Tempe. Oleh karena itu, pendekatan holistik diperlukan untuk mengatasi tantangan ini secara lebih efektif.
Selain itu, masyarakat lokal, khususnya nelayan yang tinggal di sekitar Danau Tempe, juga memiliki peran penting dalam mitigasi bencana. Mereka memanfaatkan kearifan lokal, seperti tradisi maccera’ tappareng, yang menunjukkan solidaritas sosial dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi kondisi banjir yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Media massa turut berperan aktif dalam melaporkan kejadian banjir ini secara rutin, yang membantu meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya penanganan bencana.
Sumber: Astuti, R. S., Priyadi, B. P., & Hidayat, Z. (2020, April). The Role of Stakeholders in the Handling of the Exposure Flood Disaster of Lake Tempe in South Sulawesi. In ICISPE 2019: Proceedings of the 4th International Conference on Indonesian Social and Political Enquiries, ICISPE 2019, 21-22 October 2019, Semarang, Central Java, Indonesia (Vol. 376). European Alliance for Innovation.
Tentang Penulis:
Dr.Dra. Retno Sunu Astuti, M.Si. adalah seorang dosen di Departemen Administrasi Publik, Universitas Diponegoro. Beliau meraih gelar S1 di Universitas Diponegoro dan melanjutkan pendidikan S2 serta S3 di Universitas Gadjah Mada. Saat ini, Dr.Dra. Retno Sunu Astuti, M.Si. mengajar di Program S3 Administrasi Publik dengan fokus pada mata kuliah Analisis Kebijakan. Penelitiannya berfokus pada kebijakan publik, khususnya yang berkaitan dengan manajemen bencana dan peran pemangku kepentingan dalam kebijakan tersebut.
0 Komentar