Semarang – Jurnal terbaru berjudul “The Analysis of Network Actors in the Policy Implementation of Developing Tourism in Semarang City” mengungkapkan temuan penting mengenai tantangan dan peluang dalam pengembangan pariwisata di Kota Semarang. Penelitian ini, yang menggunakan pendekatan aktor jaringan, menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pariwisata di kota ini belum optimal, dengan masalah utama berupa kurangnya kerjasama antara aktor-aktor kunci seperti pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Penulis utama jurnal ini, Dr. A.P. Dra. Tri Yuniningsih, M.Si., seorang dosen di Departemen Administrasi Publik Universitas Diponegoro yang mengajar mata Kuliah Jaringan Pemerintahan, menyampaikan bahwa hasil penelitian menyoroti pentingnya komunikasi dan koordinasi yang lebih baik di antara semua pihak terkait. Peran Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS) juga dinilai belum berfungsi maksimal dalam mendorong pertumbuhan pariwisata lokal.
Penelitian ini menerapkan model Pentahelix, yang melibatkan lima unsur utama: pemerintah, bisnis, akademisi, masyarakat, dan media massa. Namun, ditemukan adanya ketidakpercayaan antara aktor-aktor tersebut serta tumpang tindih tugas dan kendala anggaran yang menghambat kemajuan. Selain itu, kontribusi dari sektor bisnis dan masyarakat juga dianggap belum optimal.
Rekomendasi dari penelitian ini mencakup perlunya perubahan regulasi untuk memperkuat peran institusi seperti BP2KS dan meningkatkan komunikasi serta transparansi di antara semua pihak. Membangun rasa kepemilikan terhadap kota dan mendorong semangat cinta kota melalui kegiatan budaya lokal juga dianggap krusial untuk memajukan pariwisata di Semarang dan menjadikannya lebih kompetitif dibandingkan dengan kota-kota lain seperti Yogyakarta dan Surakarta.
Jurnal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam perencanaan dan implementasi kebijakan pariwisata di Kota Semarang, serta mendorong perubahan positif dalam pengembangan pariwisata di daerah tersebut.
0 Komentar