Sejarah Asia Tenggara: Migrasi, Diaspora, dan Penyebaran Agama, Summer Course Ilmu Komunikasi

Posted by En_Admin

Juli 26, 2022

Asia Tenggara dikenal sebagai kawasan dengan keragaman suku, bahasa, agama, dan praktik budaya yang paling beragam. Tidak hanya keanekaragaman dalam aspek sosial, tetapi juga dikenal dengan keanekaragaman hayati karena terletak di wilayah tropis yang dikelilingi oleh Samudra Pasifik dan Hindia.

Dengan demikian, keberagaman menjadi topik yang menarik untuk dibahas dalam Summer Course Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro tahun 2022. Selama dua minggu kedepan, Summer Course 2022 yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Komunikasi akan lebih banyak menghadirkan topik-topik menarik seputar keragaman di Asia Tenggara dari berbagai aspek.

Sesi pertama yang dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Juli 2022, pukul 11:00 WIB mengangkat tema “Sejarah Asia Tenggara: Migrasi, Diaspora, dan Penyebaran Agama”. Acara tersebut diadakan secara online melalui aplikasi Zoom dengan 77 peserta yang terdiri dari peserta lokal dan asing. Sesi ini menghadirkan seorang dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Ali., P.hD dan dimoderatori oleh S Rouli Manalu, S.Sos, M.Comm.St., Ph.D., dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Undip.

Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa sesi ini dimaksudkan untuk membantu para peserta mendapatkan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik tentang Asal-usul dan Interaksi, Konsistensi Internal, Perubahan, dan Multiplisitas, Keberagaman Agama, serta Gagasan dan Kekhawatiran Bersama. Lebih lanjut, Ali juga menjelaskan bahwa Asia Tenggara berada pada posisi yang strategis. Dengan demikian, Asia Tenggara menjadi lokasi persimpangan ilmu, khususnya bagi penyebaran agama di Asia Tenggara.

Dalam acara tersebut, beberapa peserta menunjukkan antusiasmenya dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai keragaman di Asia Tenggara dan cara terbaik untuk mengelolanya. Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, Ali menyampaikan bahwa keberagaman harus dilihat sebagai kekuatan dan bukan sesuatu yang buruk.

“Kebanyakan orang menyukai keragaman. Hanya saja sebagian orang tidak memiliki kesempatan untuk hidup dalam komunitas yang beragam,” jelasnya.

Di akhir acara, para peserta dibagi menjadi lima kelompok kecil untuk sesi diskusi. Sesi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada para peserta untuk berbagi ide mengenai topik yang dibawakan dalam sesi ini.

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar