Pada Rabu dan Kamis, 29-30 Maret 2022, delegasi UNDIP, yang terdiri dari dua mahasiswa yang merepresentasikan Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) chapter UNDIP dan tiga anggota SDGs Centre UNDIP, mengikuti Indonesia Universities Climate Conference 2022 (IUCC) secara luring dan daring. Konferensi yang membahas seluk-beluk perubahan iklim ini diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) yang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris, dengan mengundang para akademisi dari 58 universitas di seluruh Indonesia. Kegiatan ini mengambil tema “Pendidikan Tinggi untuk Pembangunan Hijau dan Komitmen Perubahan Iklim Indonesia” dan dilaksanakan secara luring dan daring mengingat situasi pandemi di Indonesia yang belum usai.
Sebagai forum ilmiah yang berfokus pada aksi mengatasi perubahan iklim, pembahasan dalam IUCC ini adalah melanjutkan komitmen bersama dunia yakni COP-26 Glasgow Climate Pact. Secara spesifik, IUCC bertujuan untuk merencanakan kembali rangkaian agenda kegiatan yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim. Sektor akademisi juga harus mulai bergerak untuk menyusun rumusan dan solusi perubahan iklim itu tersendiri; yang secara praktikal terdiri atas adaptasi, mitigasi, dan pendanaan.
Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Peningkatan suhu dan kenaikan tingkat permukaan air berdampak jelas terhadap kehidupan sehari-hari, contoh nyatanya adalah kenaikan curah hujan di Sumatra dan Kalimantan serta meningkatnya tingkat kekeringan di pulau Jawa, Bali, dan daerah bagian selatan Indonesia lainnya. Secara ekologis, variabilitas frekuensi El Nino dan La Nina yang meningkat dapat menyebabkan perluasan dampak kebakaran hutan dan lahan gambut dan bencana seperti banjir pada daerah-daerah pesisir. Dilansir dari indeks kerentanan bencana Indonesia, pada tahun 2021 tidak ada satupun daerah di Indonesia yang terlepas dari ancaman perubahan iklim.
Pertemuan hari pertama kegiatan IUCC 2022 ini diisi dengan paparan dari tiga tokoh bidang lingkungan, yaitu Prof. Emil Salim (pakar lingkungan Indonesia), Dr. Helen Adams (Head of Science Engagement for COP26), dan Prof Keith Bell (pakar lingkungan dari Inggris). Paparan ketiga pembicara dimoderatori oleh Dr. Dino Patti Djalal, Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia. Ketiga pembicara menyampaikan seperti apa dampak buruk perubahan iklim jika tidak segera ditangani, dan bagaimana cara menghadapi perubahan iklim.
Pada pertemuan hari kedua, atau hari terakhir dari rangkaian kegiatan IUCC 2022 ini, disusunlah kertas kebijakan (policy papers) yang berisi rangkuman diskusi, pernyataan komitmen, masukan saran, dan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Isi kertas kebijakan ini merupakan segala hal tentang aksi penangan perubahan iklim yang berhasil dirumuskan selama pertemuan dan diskusi dari para perwakilan institusi perguruan tinggi dan institusi terkait seperti BAPPENAS, NGO, dan Kedutaan Besar Inggris. Konferensi ini merumuskan misi IUCC yang mendukung pencapaian target nol emisi bersih pada tahun 2050 sebagai bagian dari pencapaian Indonesia Emas 2045; prioritas hal-hal yang harus dilakukan dalam penanganan perubahan iklim meliputi perbaikan tata kelola pemerintahan dalam hal komunikasi dan komunikasi, kebijakan berbasis data dan pengetahuan di mana belum adanya meta data perubaahan iklim yang komprehensif, penguatan kapasitas semua pihak baik pemerintah, akademisi, pelaku usaha/swasta, media, komunitas dan pemuda sehingga mampu melakukan aksi-aksi penanganan perubahan iklim, dan penegakan hukum yang berpihak pada alam dan masyarakat. Hasil konferensi ini juga memberikan rekomendasi pendanaan penangan perubahan iklilm dengan prinsip transparansi dan optimalisasi instrumen dan lembaga pembiayaan.
Pada hari kedua, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS hadir pada sesi terakhir dengan memaparkan dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia dan langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menanganinya. Menteri PPN mendengarkan dengan seksama paparan kertas kebijakan yang disampaikan oleh Ketua Panitia IUCC dan berbagai masukan dan pertanyaan dari para peserta. Dengan kehadiran Menteri PPN diharapkan rumusan-rumusan yang dihasilkan dari hasil diskusi konfernsi IUCC bisa menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan yang mendukung pencapaian Net Zero Emission.
SDGs Center Undip diwakili oleh Prof Denny Nugroho Sugianto, Rukuh Setiadi, Ph.D, dan Bulan Prabawani, Ph.D, mengikuti dengan seksama kegiatan ini secara luring. Sebagai tanda keikutsertaan SDGs Center Undip dalam kegiatan konferensi ini, dikirimkanlah sertifikat partisipasi dan plakat dari FPCI. Selain partisipasi dalam konferensi IUCC ini, Tim SDGs Center Undip juga terlibat dalam penulisan laporan penanganan perubahan iklim level internasional melalui Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dengan menjadi kontributor dalam penulisan Chapter 6: Cities, Settlement, and Key Infrastructure IPCC Sixth Assessment Report.
Sumber: sustainability.undip.ac.id
0 Komentar