Semarang (22/12) – Menjadi pemimpin dalam institusi pendidikan tidak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas, namun juga peka terhadap isu terkini dengan diskusi yang menciptakan solusi nyata. Berlandaskan tujuan tersebut, DWP (Dharma Wanita Persatuan) Universitas Diponegoro menyelenggarakan “Talk Show Para Dekan Wanita dan Ibu-Ibu Hebat Universitas Diponegoro” yang merupakan rangkaian dari Webinar Internasional DWP Undip dalam rangka memperingati Hari Ibu Nasional 2021.
Talk show yang digelar pada sesi siang Webinar Internasional DWP Undip ini dipimpin oleh Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si. (Dekan FEB Undip) dan mengundang para wanita hebat dari Fakultas dan Sekolah di Undip, yaitu Dr. Fitriyah, M.A. (FISIP Undip); Prof. Widowati, S.Si., M.Si. (FSM Undip); Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi., M.Si., Ph.D (FPsi Undip); Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D (FPIK Undip); Prof. Retno Saraswati, S.H., M.Hum. (FH Undip); Dr. Nurhayati, M.Hum. (FIB Undip); Dr. Dra. Sulistiyani, M.Kes. (FKM Undip); Prof. Dr. dr. Tri Indah Winarni, M.Si., Med, PAK (FK Undip); Prof. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc (FPP Undip); Prof. Dr. Ir. Erni Setyowati, M.T. (FT Undip); Anggun Puspitarini Siswanto, S.T., Ph.D (SV Undip); Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc., Ph.D (FEB Undip); Prof. Dr. Dra. Ari Pradhanawati, M.S. (FISIP Undip); Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A. (FIB Undip).
Menilik dari perspektif historis, Prof. Dr. Dra. Dewi Yuliati, M.A. menjelaskan bahwa semangat perjuangan perempuan sangat dipengaruhi oleh semangat RA Kartini yang dengan berani mengangkat isu sosial budaya. Dari surat-surat yang dikirimkannya pada sahabatnya di Belanda, RA Kartini mengungkapkan bahwa perjuangan perempuan Indonesia masih panjang dan banyak yang harus dibenahi.
Sementara itu, Prof. Retno Saraswati, S.H., M.Hum. mengungkapkan bahwa gender equality perlu ditegakkan lagi terutama dalam bidang ekonomi dan hukum. Perempuan juga bisa berperan untuk menjadi pemimpin negara dengan menciptakan strategi pembangunan berkelanjutan.
Prof. Dr. dr. Tri Indah Winarni, M.Si., Med, PAK dari FK Undip menyatakan bahwa hampir 70% dari tenaga kesehatan di Indonesia terdiri dari wanita. Oleh karena itu, peran perempuan di ranah publik tidak boleh dipandang sebelah mata, karena perempuan bertindak sebagai role model, child care, and health care.
Terlebih di masa pandemi ini, kesehatan merupakan prioritas utama dan tidak hanya tentang kesehatan fisik namun juga mencakup kesehatan mental. Dr. Dra. Sulistiyani, M.Kes. dari FKM Undip menyampaikan pesan bahwa peran laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga harus dibagi secara adil. Berperan sebagai istri dan ibu, kesehatan mental perempuan juga p
Prof. Widowati, S.Si., M.Si. mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang diterapkan pada hampir setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, perempuan harus menguasainya karena manajemen keuangan yang teratur sangat penting dalam rumah tangga. Selain itu, matematika juga ilmu yang sangat menyenangkan untuk dipelajari.
Mengangkat tema “Gender Equality in Millenial Culture”, Dekan FIB Undip, Dr. Nurhayati, M.Hum. menyatakan bahwa peran gender adalah konstruksi budaya yang harus diluruskan. Pada masa modern seperti sekarang ini, perspektif mengenai breadwinning and family income di mana perempuan yang pendapatannya lebih banyak dari suaminya disebut meremehkan laki-laki mulai memudar. Nurhayati menjelaskan bahwa belief system dan media mengedepankan ide bahwa laki-laki adalah pemimpin. Namun Undip dapat membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin, ditandani dengan adanya lima perempuan hebat yang menjadi Dekan Fakultas saat ini.
Melihat dari perspektif masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia yang masih menilai pendidikan vokasi sebagai second class, Anggun Puspitarini Siswanto, S.T., Ph.D menyatakan bahwa dirinya memiliki visi dan misi untuk mematahkan stigma tersebut. Anggun menegaskan bahwa lulusan sekolah vokasi juga kompeten dan dapat menjadi SDM unggul di dunia kerja.
Terjun langsung memberdayakan perempuan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Erni Setyowati, M.T. menceritakan mengenai project-nya bekerjasama dengan ibu-ibu setempat. Bergerak bersama menjadi wanita produktif, Erni mengajak para ibu rumah tangga membentuk UMKM yang menghasilkan produk berbahan dasar enceng gondok. Produk tersebut juga telah digunakan di Undip, salah satunya berada di Gedung Prof. Soedarto.
Perwakilan dari FISIP Undip, Prof. Dr. Dra. Ari Pradhanawati, M.S. menyatakan bahwa peran wanita di ranah publik sebanyak 30% semakin ditegakkan. Menyambung pernyataan tersebut, Dr. Fitriyah, M.A. setuju namun dirinya mengatakan tidaklah mudah bagi perwakilan DPRD wanita untuk menduduki jabatan lebih tinggi. Selain terbentur dengan peran domestik, masyarakat patriarki yang lebih menyukai laki-laki menjadi pemimpin menjadikan perwakilan wanita akan kalah vote pada pemilihan umum.
Memiliki visi yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan wanita, Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D dari FPIK Undip dan Prof. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc dari FPP Undip menciptakan program berbasis teknologi untuk mempermudah pekerjaan para wanita yang berprofesi sebagai pengumpul ikan dan petani. Meskipun bekerja di alam terbuka, para wanita tersebut tidak harus bekerja dengan banyak rintangan karena didukung dengan teknologi dan fasilitas yang memadai.
Sedangkan Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi., M.Si., Ph.D dari Fakultas Psikologi Undip menjelaskan bahwa learning agility is important for women. Pemberdayaan wanita dilakukan seiring dengan berjalannya waktu karena skill yang terus diasah nantinya juga akan bermanfaat bagi anak-anak dan generasi selanjutnya di masa depan.
Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc., Ph.D menyebutkan bahwa tujuan ke-5 SDGs yakni Enforce Gender Equality telah dilaksanakan secara berkelanjutan di Indonesia dan programnya harus diteruskan untuk mencapai gender equality dalam berbagai sektor.
Menutup acara diskusi ini, Wakil Rektor IV Undip, Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc. mengucapkan terima kasihnya kepada para pembicara pada talk show ini. “Terima kasih antusiasme dari peserta webinar yang hampir mencapai 300 peserta. Semoga memberikan ilmu bermanfaat, generasi luar biasa lahir dari ibu luar biasa,” pungkas Prof. Ambariyanto. (Titis – Public Relations)
0 Komentar