DIALOG KEBANGSAAN 2018 – 20 TAHUN REFORMASI: SUDAHKAH TEREALISASI?

Posted by FISIP

Oktober 24, 2018

SEMARANG- Kamis, 25 Oktober 2018, telah selesai diselenggarakan sebuah salah satu kegiatan besar dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (BEM FISIP Undip), yaitu Dialog Kebangsaan. Dialog Kebangsaan merupakan salah satu program kerja dari BEM FISIP Undip yang membahas serta mendiskusikan suatu masalah sosial dan politik yang sedang berkembang di masyarakat pada saat itu. Tahun ini, Dialog Kebangsaan mengambil tema “20 Tahun Reformasi: Sudahkah Terealisasi?” Dialog Kebangsaan 2018, menghadirkan tiga pembicara yang merupakan para saksi-saksi hidup dari sejarah terjadinya reformasi di Indonesia, yaitu Adian Napitupulu- pendiri forum kota dan Anggota DPR RI Komisi VII, John Muhammad, yang merupakan koordinator lapangan dari mahasiswa saat tragedi penembakan yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, dan yang terakhir Edi Faisol, yang merupakan Ketua Aliansi Jurnalis Independen Semarang, yang merupakan salah satu penggerak terjadinya reformasi dari kalangan media/Pers.

Sudah dua puluh tahun Indonesia sudah merasakan reformasi, sudah beberapa kali pula terjadi perubahan kepemimpinan pasca reformasi, tapi apakah seluruh cita-cita reformasi sudah terealisasi? Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan umum yang ditujukan kepada seluruh pembicara. Melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh para narasumber, mereka berusaha untuk menjelaskan mengenai cita-cita serta latar belakang reformasi perlu terjadi saat itu. Reformasi terjadi bukan hanya sekedar adanya ketidakstabilan perekonomian pada saat itu, kondisi perekonomian yang buruk kala itu, merupakan momentum yang dimanfaatkan oleh para mahasiswa saat itu untuk menjatuhkan Soeharto dari takhtanya. Sebelumnya, mahasiswa telah membangun hubungan yang sangat kuat baik di antara mahasiswa nusantara, maupun dengan masyarakat. Hasil dari hubungan yang baik dengan masyarakat tersebut, berdampak pada adanya rasa kepercayaan dari masyarkat terhadap para mahasiswa untuk sama-sama menggulingkan Soeharto pada saat itu. Masih banyak catatan-catatan penting lainnya yang menyebabkan reformasi terjadi, karena proses yang ada saat itu sangatlah banyak, tragedi penembakan di Triksati, serta aksi-aksi yang telah dilakukan sebelumnya merupakan faktor-faktor yang ikut mendorong terjadinya reformasi di Indonesia pada saat itu.

Kejadian penembakan mahasiswa Universitas Triksati pada 12 Mei 1998, memiliki keunikan tersendiri. Triksati pada saat itu dikenal sebagai kampus mahal yang diisi oleh orang-orang kategori menengah ke atas, bahkan menurut Adian Napitupulu, lapangan parkir apabila dibandingkan dengan ruang kelas, justru lebih besar lapangan parkirnya daripada ruang kelasnya. Mahasiswa Triksati tidak memiliki ketertarikan terhadap dunia politik pada saat itu, mereka cenderung lebih suka untuk berpesta dan bergaul setiap harinya. Perlahan John Muhammad bersama dengan teman-temannya berusaha untuk membangkitkan semangat maupun ketertarikan ke dalam dunia politik, berbagai cara pun banyak digunakannya, seperti membuat mimbar bebas, yang pada akhirnya sepi peminat, sehingga ia harus memutar otak dengan cara mengisi mimbar tersebut dengan dosen-dosen maupun wanita-wanita cantik pada saat itu, dan perlahan usaha tersebut berhasil. Suatu saat, mahasiswa Triksati ingin diajak untuk “belajar” demo, dengan tempat yang dekat dengan gedung DPR, mereka memiliki agenda untuk mengadakan long march ke gedung DPR/MPR, yang disana mereka telah ditunggu oleh salah satu anggota DPR dari Partai Golkar yang siap menerima mereka. Usaha tersebut pertama-tama berlangsung secara aman, tapi ketika memasuki detik-detik akhir selesainya demo saat itu, terjadilah insiden penembakan yang disebabkan oleh adanya kesalahpahaman terlebih dahulu di antara para mahasiswa, hingga secara mendadak terdengarlah suara tembakan dan peluru yang mulai menusuk beberapa mahasiswa Trisakti pada saat itu, hingga pada akhirnya beberapa orang ternyata mampu diselamatkan, dan empat mahasiswa Trisakti tidak mampu diselamatkan.

Reformasi merupakan suatu proses yang panjang hingga ia lahir seperti pada kegiatan demo mahasiswa pada tahun 1998. Perlakuan pemerintah yang sudah semena-mena terhadap rakyat serta terhadap pers, membuat masyarakat mulai tidak tahan dengan perlakuan tersebut. Masyarakat harus menerima pencitraan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto saat itu di televisi TVRI, yang bahkan isi dari klip dalam televisi tersebut sebagian besar bertolak belakan dengan apa yang Soeharto lakukan. Penculikan-penculikan yang dilakukan pun membuat para aktivis saat itu takut, tapi tidak ada pilihan lain bagi para aktivis selain untuk melawan dari pada mati tanpa perlawanan, karena mati dengan perlawanan merupakan suatu tindakan yang masih memiliki kehormatan-menurut Adian Napitupulu. Rangkaian panjang usaha untuk mewujudkan reformasi berbuah manis saat mereka peka akan momentum ketidakstabilan ekonomi yang terjadi pada saat itu, karena kesadaran tersebut para mahasiswa langsung secara bersama-sama mengatur rencana untuk menggulingkan Soeharto pada saat itu..

Reformasi merupakan suatu rangkain yang tidak dapat dipisahkan dengan tragedi-tragedi sebelumnya. Terlalu banyak orang yang sudah berpartisipasi dalam mewujudkan reformasi. Oleh karena itu, terlalu jahat apabila melihat reformasi dalam bentuk bagian-bagian tertentu saja, membahas reformasi diperlukan suatu bagian-bagian satu dengan yang lainnya yang kemudian digabungkan secara bersamaan untuk melihat satu benang merah mengapa reformasi itu dapat terwujud.

Mahasiswa zaman sekarang mulai kehilangan taringnya tidak seperti mahasiswa pada zaman dahulu. Diperlukan kepekaan dari mahasiswa zaman sekarang untuk melihat dan mendengarkan keluh kesah masyarakat yang selanjutnya perlu diadvokasikan kepada para pejabat di pemerintahan pada masanya. Kesadaran dan kepekaan tersebut perlu dilatih dengan cari turun ke masyarakat, tongkrongan, maupun tempat-tempat informal guna memiliki kemampuan tersebut, karena kesadaran dan kepekaan bukan merupakan pelajaran yang harus dinikmati di kelas-kelas tetapi suatu hal yang perlu dilakukan secara langsung.

 

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar