Fisip Undip Tanamkan Pendidikan Karakter Pada Mahasiswa

Posted by FISIP

November 13, 2017

Lebih dari 100 mahasiswa diajak Nonton Bareng Wayang Orang Ngesti Pendowo yang mementaskan lakon “Rebat Tunggorono (Denggung Pringgodani Gembong Trajutrisno)” pada Sabtu (11/11) malam bertempat di Gedung Ki Nartosabdho Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.

“Mahasiswa yang diajak nonton wayang orang adalah pengelola Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Senat Mahasiswa (Sema), sejumlah mahasiswa baru, serta pimpinan fakultas” ungkap Dekan Fisip Undip, Dr. Sunarto di kampus Fisip Tembalang (9/10).

Menurut Dekan Fisip Undip, Dr. Sunarto,M.Si, kegiatan bakti budaya ini merupakan salah satu kegiatan untuk memberikan pembekalan pendidikan karakter kepada mahasiswa di lingkungan Fisip Undip sebagai calon pemimpin masa depan agar bisa belajar nilai-nilai positif dari tokoh-tokoh wayang tertentu untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan.

“Banyak nilai-nilai positif yang bisa dipelajari oleh para mahasiswa dari tokoh wayang ini. Misalnya nilai kebaikan, kejujuran, keberanian, keteguhan, dan kepedulian yang bisa dipelajari melalui tokoh-tokoh Pandowo,” kata Sunarto.

Selain itu, lanjut Sunarto, melalui kisah dalam wayang ini bisa diperoleh hikmah, bahwa seorang pemimpin harus arif dan bijaksana untuk menggunakan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya untuk melayani kepentingan dan kebaikan rakyatnya. “Janganlah menggunakan kekuasaan hanya untuk melayani kepentingan dan kepuasan diri dan kelompoknya semata sebagaimana dikisahkan dalam lakon wayang ini. Janganlah menjadi pemimpin yang haus  dan rakus dengan kekuasaan” Tandas Doktor Ilmu Komunikasi Fisip Undip ini.

Lakon “Rebat Tunggorono” sendiri berkisah tentang perebutan kekuasaan di Kerajaan Tunggarana yang masih berada di wilayah Kerajaan Pringgodani. Prabu Boma Narakasura, raja dari Kerajaan Trajutrisno, ingin merebut dan menguasai Kerajaan Tunggarana. Raja Pringgodani, Prabu Anom Gatotkaca, berusaha mempertahankan kerajaan tersebut tetap berada di wilayahnya. Untuk menghindari korban berjatuhan di kedua belah pihak, Prabu Kresna mengadu perang kedua raja tersebut. Prabu Anom Gatotkaca akhirnya memenangi pertempuran.

Dekan Sunarto juga menjelaskan Arti penting lain kegiatan ini adalah kepedulian budaya (cultural filantrophic).  “Fisip Undip ingin ikut terlibat secara aktif dalam proses menjaga dan melestarikan keberadaan kesenian daerah yang banyak mengandung nilai-nilai luhur untuk dijaga, dilestarikan dan dikembangkan lebih jauh” jelasnya

“Sekarang ini banyak warisan budaya yang sudah mulai punah karena tidak ada generasi penerusnya. Seperti yang dialami oleh beberapa bahasa daerah di Indonesia. Melalui kesenian wayang orang, warisan leluhur berupa tuturan bahasa daerah, olah tari, kostum dengan segala pernak-perniknya, dan tema cerita mengandung banyak muatan nilai bernas untuk dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda mendatang,”papar Sunarto lebih lanjut sambil menekankan akan arti penting melakukan kegiatan filantropik budaya semacam ini secara berkelanjutan.

Turut menjadi bintang tamu dalam pementasan wayang tersebut, Prof. Yos Johan Utama, Rektor Universitas Diponegoro, Ibu Yos Johan Utama, Prof. dr. Edi Dharmana, Dr. dr. Agung Putra dan dr. Agus Widyatmoko Sp.PD. Pementasan wayang tersebut sekaligus merupakan peran serta Undip dalam rangka peringatan hari Wayang sedunia dengan melestarikan budaya Jawa.

 

sumber : https://www.undip.ac.id

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar