Kuliah Umum Kajian Politik Agama X Tim-Aru, Media dan Pengaruhnya Terhadap Ekstremisme

Posted by En_Admin

Oktober 17, 2022

Semarang (17/10) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro telah menyelenggarakan Kuliam Umum Kajian Politik Agama & Tim-Aru tentang Media dan Pengaruhnya Terhadap Ekstremisme. Kegiatan yang berlangsung pada hari Senin, 17 Oktober 2022 tersebut dilaksanakan di ruang Auditorium lantai 3 gedung A FISIP Undip Tembalang pukul 12.30 WIB dan dihadiri oleh Dekan FISIP Undip, Dr Drs Hardi Warsono, M.T., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr Teguh Yuwono, M.Pol. Admin., serta Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Ika Riswanti Putranti, S.H., M.H., Ph.D. Kuliah umum kali ini menghadirkan beberapa narasumber seperti Dr Muhammad Adnan, M.A (Pakar Agama dan Politik, Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan FISIP Undip), Ika Puspita Sari (Eks Napiter/Mitra Deradikalisasi), dan Rt. Tasya Ismaya Putri (Religiona and Political Study).

Dalam materinya, Tasya menyampaikan salah satu penyebab adanya gerakan ekstrim adalah pemotongan ayat-ayat Tuhan atau ajaran suatu agama. Selain itu, mahasiswi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Undip tersebut juga memaparkan terkait media social dan pengaruhnya terhadap paham ekstrimisme serta bagaimana algoritma sangat mempengaruhi perilaku kita di social media.

Selanjutnya, Adnan juga memparkan dalam materinya data statistic pengguna social media di Indonesia yang menduduki peringkat ke-4 terbanyak di dunia pada tahun 2016. Data tersebut menunjukkan tingginya potensi warga Indonesia terpapar paham ekstrimisme yang disebarkan melalui dunia maya. Beliau juga menyampaikan bahwa hal yang paling berbahaya dari ekstrimisme adalah yang menggunakan kekerasan.

Dalam Kuliah Umum kali ini, mahasiswa juga mendapat kesempatan untuk mendengarkan cerita hidup dari seorang Eks Napiter tentang pengalamannya dalam mengenal terorisme. Ika dalam penjelasannya menyampaikan tentang bagaimana awal mula dia mengenal paham tersebut saat ia bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Hong Kong serta bagaimana akhirnya ia bisa terbebas dari paham ekstremisme tersebut.

“Jangan sampai kita semua di sini terpapar ajaran dunia terorisme, karena untuk keluarnya juga susah,” tegas Ika di akhir ceritanya.

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar