FISIP Undip dan Indonesian AID Gelar Talkshow: Bahas Peran Indonesian AID hingga Model Bantuan yang Inklusif

Sesi Talkshow Indonesian AID: “Mempererat Diplomasi, Memperkuat Ekonomi” di Auditorium FIMENA FISIP Undip pada Selasa (23/09)

Posted by Admin Berita

September 26, 2025

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) melalui Departemen Hubungan Internasional berhasil menyelenggarakan Talkshow Indonesian AID: Mempererat Diplomasi, Memperkuat Ekonomi bekerja sama dengan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian Agency for International Development (AID) di Auditorium FIMENA FISIP Undip, Selasa (23/09).

Acara diawali dengan pembukaan oleh MC, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Undip, serta welcoming speech dari Dekan FISIP Undip, Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin. Dalam pidatonya, Teguh menyampaikan apresiasi atas kehadiran Direktur Utama Indonesian AID, Daljono, dan jajaran. Ia menekankan bahwa kerja sama ini menjadi kesempatan emas bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan melalui sesi tanya jawab dan diskusi.

Teguh juga menyoroti prestasi mahasiswa Hubungan Internasional Undip yang kerap menorehkan capaian global, salah satunya melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang berhasil mengantarkan mahasiswa untuk studi di berbagai universitas ternama, seperti Yale University, dan universitas lain di Italia, Malaysia, Korea, hingga Warsawa.

“Program studi Hubungan Internasional adalah yang paling muda, the youngest di antara program studi yang ada, tetapi prestasinya luar biasa. Saat ini banyak mahasiswa kita yang studi ke luar negeri, ada yang ke Yale University, Italia, Malaysia, Korea, bahkan Warsawa,” ungkap Teguh dalam sambutannya pada Selasa (23/09).

Menutup sambutannya, Teguh menegaskan kesiapan FISIP Undip untuk berkolaborasi melalui program-program kerja sama dengan Indonesian AID ke depan.

Selanjutnya, Direktur Utama Indonesian AID, Daljono, menyampaikan opening speech dalam acara tersebut. Pihaknya menyampaikan bahwa LDKPI atau Indonesian AID dibentuk untuk menjalankan mandat sesuai Undang-Undang Dasar 1945 dengan menyalurkan hibah luar negeri sebagai wujud kontribusi Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia. Ia menuturkan bahwa sejak berdiri pada 2019, nilai hibah Indonesian AID terus meningkat signifikan, dari Rp29 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp315 miliar pada 2024.

“Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa kinerja kita melalui peningkatan dari tahun ke tahun, dari 2020 yang kita hanya menyalurkan sebesar Rp29 miliar untuk 3 negara, sekarang sudah disalurkan di 2024 kemarin kepada 87 negara dengan nilai Rp315 miliar. Jadi peningkatan hibah ini sangat signifikan dan sehubungan dengan kapasitas kita yang semakin meningkat serta kebutuhan global yang juga semakin menanjak,” ujar Daljono dalam opening speech pada Selasa (23/09).

Selanjutnya, ia juga menyampaikan bahwa Undip dapat berperan sebagai mitra Indonesian AID dalam penyaluran hibah.

“Jadi secara teknis akan kami follow up di tingkatan teknis dan juga tingkatan strategis untuk kemudian melibatkan Undip sebagai salah satu mitra untuk penyaluran hibah di tahun-tahun berikutnya,” ucap Daljono.

Di akhir penyampaiannya, Daljono menekankan pentingnya peran akademisi dan mahasiswa untuk mengedukasi publik, mempromosikan hibah, melakukan jejaring dengan mitra, serta berkontribusi sebagai tenaga eksper dalam pelatihan bagi negara-negara penerima hibah.

Penandatanganan kerja sama antara FISIP Undip dan Indonesain AID

Penandatanganan kerja sama antara FISIP Undip dan Indonesain AID

Setelah sambutan-sambutan, rangkaian acara dilanjutkan dengan penandatanganan kerja sama dan pemberian kenang-kenangan antara FISIP Undip dan Indonesian AID. Kegiatan kemudian berlanjut ke sesi talkshow dan diskusi tanya jawab bersama mahasiswa. Talkshow ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Kepala Divisi Hukum dan Hubungan Kelembagaan (HHK) Indonesian AID, Azhar Basyir, serta Dosen FISIP Undip, Muhammad Faizal Alfian, S.IP., M.A., dan dimoderatori oleh Dosen FISIP Undip, Muhammad Arief Zuliyan, S.IP., LL.M.

Dalam sesi talkshow, Azhar Basyir menjelaskan bahwa sejatinya Indonesia telah lama menyalurkan bantuan luar negeri, salah satunya pengiriman beras ke India pada 1946. Namun, bantuan pada masa lalu masih belum terintegrasi. Berdasarkan pengalaman tersebut, LDKPI atau Indonesian AID dibentuk pada 2019 sebagai “satu pintu” untuk pengelolaan bantuan internasional. Ia juga menerangkan bahwa bantuan tersebut dapat diberikan melalui berbagai bentuk dan skema, misalnya secara langsung government-to-government (G2G) atau melalui lembaga internasional seperti World Bank dengan skema co-financing.

Sementara itu, Dosen FISIP Undip, Muhammad Faizal Alfian, mengaitkan pemberian bantuan luar negeri dengan buku Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James A. Robinson, yang menekankan pentingnya institusi inklusif dibandingkan institusi ekstraktif. Menurutnya, bantuan internasional seharusnya bersifat inklusif, misalnya melalui capacity building seperti program peacekeeping atau penguatan demokratisasi. Dalam konteks ini, Indonesian AID diharapkan mampu mengembangkan model bantuan yang inklusif dan berorientasi pada peningkatan kapasitas. Ia mencontohkan tantangan di sejumlah negara Afrika, seperti keberadaan kelompok teroris Boko Haram dan praktik pemerintahan yang ekstraktif, yang menunjukkan pentingnya agar bantuan dapat mendorong peningkatan kapasitas pemerintah sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh kalangan elite, tetapi juga menjangkau masyarakat luas.

Sesi talkshow ditutup dengan diskusi dan tanya jawab yang berlangsung interaktif. Mahasiswa mengajukan beragam pertanyaan kritis, mulai dari isu diplomasi hijau, strategi kepentingan nasional, hingga peran Indonesian AID dalam dinamika pemberian donor internasional. Narasumber mengapresiasi partisipasi aktif tersebut, bahkan memberikan hadiah bagi peserta yang menunjukkan antusiasme tinggi.***

MORE FROM @FISIP UNDIP

0 Komentar

You cannot copy content of this page