Semarang (31/05) – Pemahaman yang mendalam mengenai dinamika politik global, termasuk politik etnis dan agama, sangat krusial dalam mencetak lulusan yang kompeten dan mampu berkontribusi positif bagi pembangunan nasional. Hal ini menunjukkan pentingnya meningkatkan pengetahuan di bidang antar-pemerintahan serta hubungan internasional bagi mahasiswa dan sivitas akademika di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip). Oleh karena itu, FISIP Undip terus berupaya mengadakan kegiatan akademik yang menghadirkan pakar dari berbagai belahan dunia untuk berbagi ilmu dan pengalaman.
Pada hari Kamis, 30 Mei 2024, Unit Urusan Internasional FISIP Undip menyelenggarakan Kuliah Dosen Tamu dengan tema “Ethnic and Religious Politics in Sudan: Lessons Learned for Indonesia” secara online melalui aplikasi Zoom Meeting. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari luar negeri, yaitu Prof. Dr. Abdu Mukhtar Musa dari Omdurman Islamic University, Sudan.
Dalam sambutannya, Dekan FISIP Undip, Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin, menyampaikan bahwa topik ini sangat relevan untuk dipelajari oleh seluruh peserta kuliah. Beliau menekankan, “Topik-topik yang saya kira sekarang ini menjadi kuliah umum kita, politik etnis dan agama di Sudan, saya kira kita bisa belajar banyak dari sana. Ada banyak sistem politik, budaya politik, kegiatan politik, yang saya kira bisa kita pelajari bersama.”
Prof. Abdu Mukhtar Musa, dalam pemaparannya, membahas secara mendalam mengenai keragaman politik dan etnis di Sudan serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi identitas nasional rakyat Sudan. Beliau juga menjelaskan mengenai transisi politik di Sudan, dari kediktatoran menuju politik berbasis Islam dan masyarakat sipil. Selain itu, Prof. Musa juga membahas bagaimana konflik etnis dan agama di Sudan menyebabkan perpecahan negara tersebut.
Kegiatan kuliah tamu ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi mahasiswa dan dosen di lingkungan FISIP Undip tentang pentingnya memahami politik etnis dan agama dalam konteks global. Pengetahuan ini tidak hanya relevan untuk studi akademik, tetapi juga penting dalam membentuk strategi dan kebijakan yang lebih inklusif dan toleran di Indonesia.
0 Komentar