Semarang (14/06) — Dalam menghadapi dinamika sosial dan politik yang kian kompleks, pentingnya toleransi menjadi kunci dalam mencegah berkembangnya paham radikal di tengah masyarakat. Pemahaman lintas ideologi, penerimaan terhadap keberagaman, dan kesadaran akan persatuan bangsa menjadi landasan utama dalam memperkuat ideologi negara. Menyadari urgensi tersebut, Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro menyelenggarakan Seminar Kebangsaan bertema “Menghadapi Tantangan Radikalisasi dalam Mempertahankan Ideologi Negara” pada Sabtu, 14 Juni 2025, bertempat di Auditorium FIMENA FISIP Undip Tembalang.
Seminar ini menghadirkan sejumlah tokoh penting sebagai narasumber, antara lain Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen; Kasubdit Kontra Ideologi, Direktorat Pencegahan Densus 88 AT Polri, KBP Moh Dofir, S.Ag., S.H., M.H.; Pemerhati HTI, Dr. Rida Hesti Ratnasari, M.Si.; serta Dosen Hubungan Internasional FISIP Undip, Nadia Farabi, S.Hub.Int., M.A., Ph.D. Acara dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., dan turut dihadiri oleh sivitas akademika serta mahasiswa di lingkungan FISIP Undip.
Dalam sambutannya, Dekan FISIP Undip, Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin., menyampaikan harapannya agar seminar ini menjadi wadah pembelajaran yang bermakna bagi para mahasiswa. “Kita berharap dengan seminar yang hari ini dihadiri tokoh-tokoh penting di tingkat nasional dan Jawa Tengah ini akan banyak kontribusi untuk kemajuan, khususnya para mahasiswa yang hari ini sedang mencari ilmu, mencari bentuk untuk berkontribusi kepada nusa dan bangsa,” ujarnya.
Rektor Undip, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., dalam sambutannya menekankan pentingnya sikap terbuka dalam memahami realitas kebangsaan. Ia menyebut bahwa keberagaman yang luar biasa di Indonesia merupakan kekuatan sekaligus tantangan. “Kita masih banyak PR. Negeri kita lebih diverse. Diverse kita sangat luar biasa. Itu adalah kelebihan yang sangat luar biasa. Tapi di sisi lain juga kelemahan yang sangat luar biasa,” ungkapnya. Peserta seminar juga diingatkan untuk lebih mampu melihat gambaran besar tentang bangsa ini, bahwa meskipun masih terdapat banyak kelemahan, bangsa ini memiliki kelebihan yang sangat luar biasa.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam paparannya menegaskan pentingnya toleransi antar kelompok masyarakat. “Kita harus menghormati pemikiran yang lain, hukum yang lain, aturan yang lain, kebijakan yang lain dari luar kelompok kita,” ujarnya. Ia juga memaparkan berbagai upaya penanganan radikalisme di Jawa Tengah, termasuk program deradikalisasi terhadap 351 mantan narapidana terorisme. Melalui Perpres No. 7/2021 dan Pergub No. 35/2022, Pemprov Jawa Tengah memperkuat pencegahan dengan pelatihan kewirausahaan, kampanye toleransi, dan kolaborasi dengan BNPT. Atas upaya ini, Jawa Tengah berhasil meraih penghargaan RAN PE Awards.
Dr. Rida Hesti Ratnasari, M.Si., menjelaskan bahwa bahaya radikalisme kini menyasar langsung pada dasar negara. Ia menekankan bahwa gerakan radikal sering memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan paham ekstrem. Dalam kesempatan yang sama, KBP Moh Dofir, S.Ag., S.H., M.H., dari Densus 88 AT Polri, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, patroli siber berhasil menemukan 184.416 konten bermasalah, di mana 66% di antaranya mengandung intoleransi, radikalisme, atau terorisme. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi multipihak, termasuk akademisi, masyarakat, dan pemerintah, untuk memperkuat upaya pencegahan.
Sementara itu, Nadia Farabi, Ph.D., memberikan perspektif akademik mengenai radikalisme sebagai cerminan dari ketimpangan sosial dan keterasingan yang belum tertangani. Ia menyoroti pentingnya keadilan sosial, keamanan manusia, dan inklusivitas dalam memperkuat ideologi negara. Nadia juga mengajak mahasiswa untuk berperan aktif dalam menciptakan ruang diskusi yang sehat dan menekankan bahwa kampus harus menjadi ruang tumbuhnya nalar kritis berbasis nilai-nilai kebangsaan.
Seminar Kebangsaan ini menjadi momentum penting bagi sivitas akademika Undip, khususnya mahasiswa FISIP, untuk memperkuat pemahaman mereka mengenai tantangan ideologis yang dihadapi bangsa. Melalui kolaborasi lintas sektor, pendekatan interdisipliner, serta penguatan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan, diharapkan lahir generasi muda yang tangguh dalam menjaga keutuhan ideologi negara.
0 Komentar